Kerudungan sih, tapi kok…

Menjadi ‘seseorang yang lebih baik’, menurutku bukan sebuah tujuan akhir dalam kehidupan ini. Ibarat jalan di sebuah tebing yang curam, kesempatan ‘menjadi lebih baik’ serupa dengan tembok pembatas di pinggirannya. Ia berperan menjaga si penempuh jalur itu untuk tetap berjalan pada alur yang benar dan tak sampai terjatuh ke jurang. Hingga ia bisa sampai ke tujuan: istiqomah dalam perjalanan itu hingga Allah ridho padanya. 

Aku pernah dicurhati teman, tentang seorang perempuan yang tetap pacaran padahal dia sudah berhijab. “Kan gak cocok Rin, masa jilbab-an (baca: kerudung) pacaran, apa kata orang. Nasehatin gih.” Kau tahu, teman yang memintaku menegur ini, padahal seorang aktivis pacaran juga, tapi kok bisa dia meminta begitu?

Di lain waktu, ada teman perempuan yang berkerudung tapi berbaju ketat, bongkar pasang kerudung sesuai suasana hati, juga diingatkan oleh teman lain yang…yang bukan seorang jilbaber, tidak bercadar, atau memakai apalah gaya berpakaian yang distandarkan ‘radikal’ hari ini. Bukan, sama sekali bukan. Mereka menamai mereka muslim yang masih biasa, tapi kenapa mereka berani bilang jangan berbaju ketat, kan kerudungan, jangan bongkar pasang kerudung, kan sudah hijrah?

Mungkin, itulah berkah berjuang menjadi seseorang yang lebih baik. Allah jaga bahkan melalui orang-orang yang…bisa jadi belum hijrah. Diingatkan oleh orang-orang yang belum berkerudung, melihat fakta buruk dari orang-orang yang masih pacaran, belajar dari orang-orang yang masih membenci dakwah, atau lewat siapapun yang Allah kehendaki.

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.
(TQS. Maryam: 76) 

Maka, semestinyalah itu menjadi pagar yang menjaga kita, yang masih belajar menjadi baik ini. Untuk terus menyadari betapa Allah masih sangat menyayangi kita. Untuk terus bersyukur, bahwa Allah masih kirimkan orang-orang yang peduli, agar kita terjaga di jalan hijrah ini. Jalan yang tak terasa manis, kecuali Allah izinkan keimanan itu menelusup dalam kalbu terdalam hamba yang dipilihNya.

Mungkin kita familiar dengan terjemahan ayat Allah dari QS Al Baqarah ayat 7 ini, “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”Tidakkah kita benar-benar berterima kasih bahwa Allah tidak ‘marah’ pada kita sampai mengunci hati, pendengaran, penglihatan kita? Mau jadi apa kita kalau Allah tutup semua itu? Mau apa kita?

Maka, bersyukurlah jika sekarang kita hanyalah muslimah yang masih bongkar pasang kerudung, lalu ada yang nyindir, “kok kerudung nya buka tutup neng? Kayak gorden warung pas Ramadhan”, hehe, itu tandanya Allah ngasih signal untuk kita sadar. Atau kalo pas biasa kerudung lebar, terus naik tingkat alias kerudungnya mendek, ada yang negur, terimalah dan ambillah pelajaran, mungkin agar kita tak terjatuh dalam jurang penyesalan: meninggalkan hidayah yang telah Allah lingkupkan pada hidup kita.

Aku cuma ingin memahami kembali kalimat istiqomah itu berat, yang selalu disebut-sebut seorang teman padaku. Aku ingin teman-teman yang sedang hijrah, merasa tidak sendiri. Bahwa setiap kita, adalah seorang pejalan di jalanan itu: jalan hijrah. Aku ingin teman-teman tau, bahwa kita bukan orang yang paling susah diberi cobaan oleh Allah. Rasul, Rasulullah itu penerima jalan terberat, tetapi Allah janjikan baginya kemenangan setelah kepayahan itu. Maka, bersabarlah dalam hijrahmu.

Pakai baju ibumu ya Rin? Gede amat. Anak basket Rin? Kok pake gituan? (Nunjuk manset lengan). Liatin Arini, pake kaos kaki padahal pake sendal. Gak pacaran, orang tuamu dulu ketemu gimana. Jilbab kepanjangan, gimana main volly. 

Aku mendapati kata-kata cinta begitu saat pertama kali mencoba menjadi lebih baik, oleh teman-teman sekolahku. Aku tak akan melupakan momen itu. Momen di mana aku malu, momen di mana aku merasa tak punya teman, momen di mana…aku menyadari bahwa ini bukan jalan yang salah, tapi teman-temanku yang belum paham. Maka aku ingat, mereka akan berhenti berkata kata, mereka akan berhenti. Aku hanya harus bertahan.  

Aku berdoa semoga Allah menjagaku dalam barisan keistiqomahan bersama sama denganmu, teman. Sungguh, kehidupan dunia ini tidak lama lagi. Jadi, ayo semangat menjadi lebih baik, insyaaAllah Allah tolong sampai ke tujuan akhir kita. Cus!

3.jpg

 

2

 

 

2 thoughts on “Kerudungan sih, tapi kok…

Leave a comment