Dulu, blog ini lahir selain karena nyontek blog ini (sebenarnya blog yg awal lagi sih, tapi udah gak ada), juga karena jatuh cinta pada yang lainnya yang kusebut dia. Cinta di tengah jalan. Di tengah jalan, tentu saja karena tidak kumaksudkan dari awal. Sampai sekarang, aku cenderung kurang enak hati kalau mengingatnya. Semoga dia paham ketidakdewasaanku dahulu.
Kadang, aku kagum dengan mereka yang bisa yakin sejak awal. Bagaimana cara mereka bisa memutuskan? Menimbang antara ya atau tidak. Sedang aku? Seperti yang kubilang tadi, cuma bisa jatuh cinta di tengah jalan.
Aku berharap bisa menebus kesalahanku, kalau menurutmu ini adalah kesalahan. Meski menurutku tidak. Aku percaya, seseorang butuh banyak info awal untuk meyakini bahkan menilai sesuatu. Sayangnya, dulu, kau begitu samar. Bahkan, maaf, aku baru pertama mendengar namamu. Tentang sifatmu, kebiasaanmu, yang kau suka dan tidak, aku tak tau, kau begitu asing buatku. Jadi?
Jadi kau tetap cinta yang kutemui di tengah jalan. Tak mengapa kan? Dan, dan tentu saja, seiring waktu yang berlari, aku belajar mengenalmu, meski tetap bukan yang paling tau. Ah ini juga membuatku cemburu, kau tau? Kau mungkin tak sadar, aku sering kerap mencuri dengar tentangmu, dari bisik bisik teman temanku. Aku tak mengerti bagaimana mereka bisa tau semua tentangmu. Apa…apa kau terus terusan bersama mereka? Ah, maaf, kadang aku berpikir terlalu jauh.
Kalau seorang pesilat harus berguru dari gunung ke gunung, maka aku juga sama. Meski bukan gunung tentu saja. Ruang demi ruang, buku demi buku, ku buka demi mencari info tentangmu. Aku juga masuk mendengar kisah kisahmu dari mulut mulut orang orang yang lebih dulu mengenalmu. Nihil? Tidak. Kurang? Selalu. Bahkan hingga kini.
*bersambung*
photo diambil di sini